Sebuah lagu lama terdengar lembut dari radio kusam di sudut
kamar. Aku menghela napasku pelan. Sudah sangat larut, tapi mataku belum mau
terpejam. Sebuah air mata mulai mengalir dari sudut mataku. Cahaya bulan yang
remang-remang menyinari kamarku, membuatku merasa tenang dan sedih dalam waktu
bersamaan. Kembali teringat olehku, kata-katamu siang tadi. dan entah kenapa,
aku merasa sangat kehilanganmu sekarang.
Aku sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dalam hati,
aku menyemangati diriku sendiri. Berharap tak ada hal buruk yang terjadi
padamu. Entah kenapa aku tiba-tiba gelisah, dan aku ingin melihatmu sekarang.
Mungkin aku hanya akan melihatmu dari jauh. Aku tidak mau mengganggu tidurmu.
Tapi itu semua sudah cukup kurasa.
“Kak, kak Vino udah gak ada.” Kata adikmu.
Apa yang terjadi. Kenapa kamu pergi begitu cepat? Bukankah
baru tadi siang kamu berjanji mau menjagaku? Kenapa kamu palah meninggalkan aku
sendirian? Vin, tolong jawab semua pertanyaanku! Aku mohon, bangunlan dan
bilang bahwa ini hanya main-main! Aku mohon.
Aku meringkuk di samping ranjangmu. Hanya bisa mengenggam
tanganmu yang sudah mulai dingin. Entah kenapa, tidak ada air mata yang keluar.
Tapi aku tahu, bahwa kamu tahu jika aku sangat kehilanganmu. Apa aku harus
menyusulmu? Kamu sudah janji kan bahwa kita akan selalu bersama? Aku akan selalu
bersamamu, walau pun itu dalam alam baka. Tolong ijinkan aku menyusulmu Vin.
Aku tidak bisa kehilanganmu.
Langkahku gontai. Baru tadi kamu dikuburkan. Entah kenapa
aku seperti kehilangan arah. Semua cintamu yang membuatku buta, semua kasih
sayangmu yang melindungiku, aku merindukan semua itu. Cinta dan kasih sayangmu
tak bisa aku rasakan lagi sekarang. Mataku tak lagi buta, dan aku tak lagi
terlindungi. Bagaimana aku bisa menjalani hidup? Dunia yang terlihat indah
dulu, sekarang menjadi jahat. Dunia ini jahat karena telah mengambilmu dariku.
Rasa aman yang kamu berikan padaku, sekarang sudah hilang. Digantikan rasa
sakit kehilanganmu.
Aku membaringkan tubuhku ke ranjang. Memandang jauh ke luar jendela.
Gelap, tak terlihat apapun. Bulan yang kemarin menemaniku, sepertinya sudah
ikut pergi mengantarmu. Sekarang aku benar-benar sendirian dalam kegelapan yang
menakutkan. Aku ingin memejamkan mataku. Aku ingin tidur. aku meraih botol
obat, dan meminum hampir semua pil yang ada di botol itu. Semoga aku bisa tidur
sekarang.
Aku melihatmu. Kamu tampan sekali. Wajahmu selalu tersenyum
walau sedikit pucat. Baju serba putih yang kamu kenakan, membuatmu bagai
malaikat. Aku medekatimu. Aku ingin duduk di sampingmu. Aku berjalan pelan ke
sebuah bangku panjang di tengah taman. Aku duduk disampingmu. Dan kamu di
sampingku. Benar-benar ada di sisiku. Terseyum padaku. Bagaimana kamu bisa
tersenyum atas semua yang terjadi? Aku mengalihkan pandanganku lurus jauh kedepan.
Tapi tiba-tiba aku merasa sendirian. Aku menengok ke arahmu, dan kamu sudah
tidak ada. Aku hanya tersenyum menikmati semua. Sikap burukmu, masih saja kamu
lakukan. Setidaknya kamu harus bilang selamat tinggal jika mau meninggalkan
orang lain. Tapi apa boleh buat, bukankah itu kebiasaanmu?
“Thanks Vin, kamu sudah mau kembali bersamaku.”