Minggu, 11 November 2012

Raden Bagus

RADEN BAGUS


di suatu pagi yang mendung, arya bangun dengan malasnya. dia meregangkan badannya dan berdoa sesaat.
"Arya, cepat bangun!" teriak ibu Arya.
" Ya!" jawab Arya singkat.
setelah merapikan kamarnya, Arya berjalan ke meja belajarnya untuk merapikan buku-buku  yang akan dia pakai di sekolah. saat merapikan buku-buku, dengan tidak sengaja Arya menjatuhkan buku gambarnya. saat hendak mengambil bukunya, Arya melihat sketsa seorang gadis yang sedang duduk sambil menopang dagu. Arya tersenyum melihat gambar itu. setelah mengambil buku itu, Arya lalu memasukan buku gambarnya ke tas sekolahnya.

2 jam kemudian setelah bel masuk sekolah.
Arya mengambil buku gambarnya di tas, dan dia mulai mencorat-coret buku gambar itu. dipandaninya seorang gadis yang sedang menulis di papan tulis, gadis itulah yang sedang digambar Arya saat ini.
" Arya, kamu tidak mengerjakan?" tanya guru Arya yang tiba-tiba sudah di belakang Arya.
" Oh, iya bu." jawab Arya panik.
Arya memasukan buku gambarnya kedalam laci dengan terburu-buru. untung saja guru saat pelajaran itu baik. jika saja dia sedang pelajaran kimia yang guru yang terkenal kegalakn, pasti buku gambarnya sudah raib sekarang.
"makannya jangan gambat terus." kata teman sebangku Arya yang tadi cengar-cengir saat Arya ditegur guru.
" sial lo, ada guru gak bilang-bilang." kata Arya ngegertak temen sebangkunya itu.
"iya, sorry, sorry. gue juga engak tau ada guru di belakang." kata Tejo enteng.

bel pulang sekolah baru saja bunyi, tapi kelas Arya udah hampir kosong. anak-anak kelas Arya emang sensitif banget dengan bunyi bel pulang. baru aja bel selese bunyi,  anak-anak dah ngeloyor pulang. Arya masih di kelas, dia lagi ngelanjutin gambarnya yang tadi belum selese. dia harus selesaiin di sekolah, karena kalo udah sampai rumah, dia harus ngebantu ibunya di toko kelontong keluarganya. dan malemnya dia pake buat belajar. jadi dia gak bisa ngegambar di rumah, apa lagi dia punya adek cewe yang berisiknya ngelibihi burung pipit.
Arya mulai ngebanyangin cewe yang berdiri di depan kelas tadi, dan dia mulai ngecorat-coret bukunya lagi.
"Ar, lo lagi apa?" tanya Sinta yang nongol tiba-tiba di jendela di samping Arya.
"eh, gak ngapa-ngapain." kata Arya sedikit panik.
" lo lagi ngambar ya? gambar apa? Ar, tolongin ambilin HP gue dong di laci." kata Sinta nunjuk-nunjuk ke arah mejanya.
" lo aja ambil sendiri." suruh Arya sok cuek.
" Ah lo, ambilin doang. Gue males masuk kelas, muter-muter." jawab Sinta.
"Nih. Hp ditinggal-tinggal. ilang baru tahu rasa lo." kata Arya sambil ngasihin Hp Sinta.
" ah lo, doain yang jelek-jelek. makasih ya." kata Sinta sambil menerima HPnya.
Dugg
"Aduh" teriak Sinta yang kepalanya baru aja kepentok jendela.
" Ati-ati." kata Arya mau ketawa.
" temennya celaka diketawain." kata Sinta cetus.
"lagian lo. jendela diem-diem di situ ditabrakin." kata Arya lagi.
"iya, iya. makasih ya." kata Sinta yang udah mau pergi.

setelah Sinta pergi, Arya ngelanjutin gambarannya.
" Gue gambar lo." kata Arya lirih menjawab pertanyaan Sinta yang tadi.

beberapa hari kemudian.
"Ah, ada buku gambar. punya siapa nih." tanya Sinta sambil tengak-tengok kelasnya yang kosong. anak-anak udah pulang semua. Sinta ambil buku gambar itu di lantai, dan ngeliat-liat sampulnya.
"kanyaknya punya Arya. tapi mana orangnya?" kata Sinta lagi.
" Ah mungkin udah pulang. aku bawa aja deh, tak kasihin besok." kata Sinta pada dirinya sendiri.
setelah mengabil HPnya yang ketinggalan, Sinta pulang.

beberapa saat kemudian...
Arya baru kembali dari kamar mandi.
" buku gambar gue di mana?" kata Arya panik.
"kalo ada yang ngambil, bisa bahaya nih. bisa ketahuan gue." kata Arya semakin gencar mengubrak-abrik bangkunya.
setelah beberapa saat, akhirnya Arya nyerah. buku gambarnya udah ilang, dan kemungkinan gak bakal ketemu lagi, dan rahasianya akan kebongkar. 

di rumah Sinta,
Sinta lagi belajar saat adiknya masuk kamar dan mulai mengobak-abik kamar Sinta. adik Sinta baru kelas 3 SD, dan setiap malamnya selalu main di kamarnya Sinta. kalo lagi engak ada PR, ya paling ngubrak-ubrak kaya sekarang. semua barang Sinta diliati, buku-bukunya dibuka, walau sebenernya engak tahu maksudnya. yang penting, sok pinter aja. dulu pernah waktu Sinta ada ujian semester, Sinta lagi belajar dan engak mau diganggu sama adiknya. adik Sinta dibiarin main sedirian di kamar Sinta, tapi engak boleh ganggu Sinta. sekitar jam 8 kamar Sinta sangat ribut. tapi, jam 9 kamar Sinta sepi. Sinta heran. dan saat dilihat, semua buku-buku Sinta di lemari sudah ada di bawah, dan jadiin selimut sama adiknya Sinta. Sinta hanya geleng-geleng saat ngeliat adiknya tidur diselimutin buku.
"ka, ini gambar siapa? gambar kakak?" tanya adik Sinta yang udah numpahin semua isi tas sekolah Sinta.
"punya temen kakak." jawab Sinta yang masih sibuk dengan PRnya.
"Ra..de.....n Ba...g...u......s. raden bagus. ini punya raden bagus? susah amat mbacanya." kata adiknya Sinta lagi.
"kamu aja yang engak bisa mbaca." kata Sinta acuh.
" emang susah. liat nih..." kata adik Sinta sambil memperlihatkan halaman pertama buku gambar itu.
halaman pertama berisi tulisan raden bagus yang dibentuk sedemikian rupa. jika melihat sekilas pasti akan melihat gambar gitar.
"pintar juga kamu bisa ngebaca tulisan ini." kata Sinta yang sedikit kesulitan mbaca tulisan yang berbentuk gitar itu.
"coba kakak liat." kata Sinta mendekati Adiknya.
"sebentar, aku belum liat." rengek adiknnya.
" ya sini liat bareng-bareng." kata Sinta yang udah duduk di samping Adiknya.
beberapa saat kemudian, Sinta dan adiknya sampai halaman terakhir. dan setelah selesai melihat buku gambar Arya, Sinta hanya bisa diam. sedangkan adiknya sudah lari ke bawah sambil meneriakan bahwa kakaknya sudah punya pacar.

pagi harinya.
"Ar,.." pangil Sinta saat melihat Arya masuk kelas.
" ah, hai.. tumben udah berangkat?" tanya Arya yang merasa aneh saat melihat Sinta berangkat lebih dulu darinya.
" iya nih.." jawab Sinta bingung yang merasa berangkat kepagian demi ngembaliin buku gambar.
" Ar, nih. kemaren jatuh di lantai. raden bagus kok teledor." kata Sinta sedikit meledek.
" kamu udah ngeliat semuanya?" tanya Arya bingung.
" udah." kata Sinta pendek.
" lalu?" kata Arya yang kedengerannya hanya seperti hembusan nafas.
diam..
"lalu gimana pendapat kamu?" ulang Arya.
" gambarmu bagus." kata Sinta yang udah mulai cangung.
" bukan itu, kamu udah ngeliat halaman terakhirkan?" kata Arya yang masih nunduk.
" ya.."kata Sinta sambil mengingat puisi yang tertulis di sampul halaman terakhir.
"terus gimana pendapat kamu?" tanya Arya  sambil ngeliatin Sinta.
"maaf. aku belum boleh pacaran sama orang tua aku. kita juga masih SMA, masih harus sekolah dulu yang bener. aku takut nanti kalo kita pacaran, nilai-nilai kita jadi turun karena engak fokus." kata Sinta panjang lebar.
" aku tahu kamu mau jawab itu. tapi, aku masih boleh temenan sama kamukan?" tanya Arya memohon.
"tentu aja. kenapa engak."kata Sinta senang karena Arya engak sedih walau baru di tolaknya.
" Ar, gambar kamu bagus. apalagi yang gambar aku lagi ketawa. hehehe. siapa dulu modelnya." kata Sinta sambil memuji diri sendiri.
" ye, itu mah pinteran yang gambar." kata Arya engak mau kalah.
"hahaha... oya, yang gambar aku cemberut jelek amat, masa sih aku kaya gitu? perasaan aku cemberut, engak cemberut cantik deh." kata Sinta mulai memuji diri sendiri lagi.
" cantik dari mana? liat dari monas pake sedotan, itu baru" kata mengantung perkataannya.
" baru cantik?"
" tetep jelek. hahaha." kata Arya jahat.
"Arya.." teriak Sinta sebel.

Tejo masuk kelas dengan bingung. dia merasa masih tidur saat masuk kelas. bagaimana tidak, Arya yang biasanya tidak pernah berbicara dengan Sinta, sekarang ketawa-ketawa bareng. Tejo hanya bisa bengong, dan baru sadar saat di pangil Sinta.
"Tejo, sini gabung." kata Sinta semangat.

beberapa tahun kemudian.
setelah lulus kuliah hukum, Arya langsung menjadi jaksa. dan tidak membutuhkan waktu lama, Arya sudah menjadi jaksa yang terkenal. sedangkan Sinta, dia sudah menjadi tunangan Arya. dan sekarang Sinta bekerja menjadi jaksa juga.
setelah lulus SMA dengan nilai yang memuaskan Arya dan Sinta melanjutkan kuliah hukum. sedangakan Tejo mengambil kuliah spesialis kedokteran. beberapa saat lalu, Tejo baru mengabari Arya dan Sinta bahwa  dia diterima di rumah sakit terkenal London.

orang yang kita cintai sekarang, mungkin tidak dapat kita miliki. tapi percayalah, bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. menungulah dengan sabar dan berusahalah untuk mendapat hasil yang terbaik.

THE END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar